Judul Asli : Ceritra Lalong (Ceritra Rakyat dari Daerah Tana Toraja)
by : L.T. Tangdilintin
Cerita Rakyat-Tulangdidi' (Bahasa Indonesia) | Cerita Rakyat Serre'Datu (Bahasa Indonesia) |
Cerita
Lalong ini menceritakan seorang ksatria dari wilayah Toraja yang berpindah
bersama rakyatnya ke wilayah Luwu’ bagian Utara di tempat yang dikenal dengan
nama wilayah Seko-Rongkong. Mereka membentuk satu komunitas yang sekarang ini
menjadi rumpun suku Toraja Seko-Rongkong.
Lalong
menurut sejarahnya adalah seorang perkasa dan pemberani dari Toraja bagian
Timur yang diperkirakan berasal dari daerah Rantebua - Ranteballa. Lalong mempunyai
kesaktian yang luar biasa. Ia disebutkan dapat menombak batu hingga keluar air
menjadi mata air, serta kekuatan dahsyat yang dapat menginjak batu besar dan meninggalkan
bekas tapak kakinya. Pekerjaannya sehari-hari adalah beternak kerbau.
Dikisahkan
pada waktu itu sekitar abad III M, Kerajaan Luwu’ (Wara’) masih berpusat di
daerah Baebunta wilayah Luwu Utara. Suatu ketika Kerajaan Luwu ini diserang
oleh suku bangsa yang asalnya dari sebelah Utara (Sulawesi Tengah), dipimpin oleh seorang penguasa bernama Tariando’.
Pasukan
Tariando’ memasuki Kerajaan Luwu dari arah Utara dan Barat dan berhasil
menguasai satu kawasan daerah pegunungan di wilayah itu setelah sebelumnya melakukan
kekacauan dan merampas harta dari penduduk sekitar. Daerah yang sekarang dikenal
sebagai daerah Seko-Rongkong itu kemudian dijadikan sebagai pusat pertahanan
dari pasukan Tariando’. Dari tempat itu mereka merencanakan dan mempersiapkan
serangan selanjutnya ke daerah Baebunta, yang menjadi pusat pemerintahan Luwu’
di masa itu.
Daerah
yang dahulunya masih merupakan bagian dari Kerajaan Baebunta Luwu’, setelah
dikuasai Tariando’, kini semua penduduknya mengungsi meninggalkan wilayah itu, tak
lama kemudian diganti oleh rakyat Tariando’ yang datang kemudian mengisi
wilayah yang sudah kosong tersebut.
Oleh
karena upaya yang terus-menerus dilakukan pasukan Tariando’ yang mengancam
Kerajaan Baebunta Luwu’, maka Datu Luwu di Baebunta mengeluarkan maklumat
kepada seluruh wilayah kekuasaannya serta tetangga kerajaannya bahwa barang
siapa yang berhasil menaklukkan Tariando’ maka akan diberi hadiah apa saja dari
Datu Luwu’.
Maklumat
sang Datu Luwu’ itu didengar pula oleh Lalong di Toraja bahwa Datu Makole’ Baebunta sedang
mencari orang kuat dan berani untuk melawan Tariando’, maka Lalong kemudian
pergi menghadap Datu di Luwu’ serta menyatakan kesediaannya untuk membantu Datu
Luwu’ mengatasi kekacauan yang diakibatkan oleh Tariando’ dan pasukannya tersebut.
Datu
Luwu’ pun menjanjikan akan memenuhi apa saja keinginan Lalong jika ia berhasil
mengalahkan Tariando’. Segera Lalong kembali ke Toraja untuk mengumpulkan
pasukannya. Setelah terkumpul, mereka berangkat ke Luwu’ untuk kemudian menuju
ke daerah pendudukan Tariando’. Dalam serangan tersebut mereka didukung pula
oleh pasukan-pasukan dari Datu Luwu’.
Lalong
mulai bergerak menyusuri sungai Sa’bang yang merupakan jalan menuju ke daerah
pertahanan dari Tariando’. Seperti diketahui bahwa Tariando’ selalu menganggap
dirinya berani dan kebal. Dia akan menantang siapa saja orang yang datang dengan
maksud merebut kembali daerah yang telah dikuasainya itu.
Selama
beberapa waktu berlalu Lalong bersama pasukannya berjalan kaki sampailah mereka
di sekitar pertahanan dan persembunyian dari pasukan Tariando’ di
Seko-Rongkong. Suatu saat Lalong akhirnya dapat berhadapan langsung dengan Tariando’
sang pemimpin pasukan lawan, di suatu tempat ketinggian bernama Lena’.
Perang tanding berlangsung dengan sengit dan tidak berapa lama kemudian
Tariando’ kalah dan tewas di tempat itu.
Setelah
menewaskan Tariando’, dengan kesaktian yang dimilikinya Lalong kemudian
menghantam batu tempatnya berdiri dengan hentakan kaki sehingga meninggalkan
tapak kakinya di atas batu. Kejadian itu sangat mengagetkan dan membuat takjub sisa
pasukan Tariando’. Karena ketakutan mereka semua kemudian melarikan diri tercerai
berai. Sampai sekarang bekas telapak kaki dari Lalong masih ada dan menjadi
cerita besar di kalangan masyarakat Luwu’ dan orang Toraja Rongkong. Situs batu Bekas Telapak
Kaki Lalong dapat ditemukan di Batu Api Gunung Tiroan,
sedangkan Benteng Lalong yang merupakan susunan batu yang menyerupai benteng
berada di Buntu Tiroan.
Situs Batu Tapak Kaki Lalong di Tiroan (Sumber ilustrasi : Arisandi Har Channel) |
Sejak tewasnya Tariando’, semua pengikut dan rakyatnya lari meninggalkan Rongkong dan Seko kembali ke wilayah asalnya di utara di bagian tengah Sulawesi. Kemudian wilayah yang ditinggalkan tersebut kini ditempati oleh pasukan-pasukan dari Lalong. Dikemudian hari mereka mengajak keluarga-keluarganya masing-masing untuk pindah dan menetap di tempat itu. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai orang Toraja Rongkong dan Seko.
Lalong
yang telah berhasil menaklukkan Tariando’, lalu menghadap Datu Luwu’ Baebunta
untuk menyampaikan kemenangannya. Datu pun sudah siap akan memberi hadiah
kepada Lalong, sesuai yang dijanjikannya. Namun Lalong mengatakan bahwa dia
tidak memerlukan harta yang banyak, dia hanya akan meminta wilayah tertentu
untuk tempat mengembalakan ternak kerbaunya bersama pengikutnya.
Datu
Luwu’ menyetujui dan memberikan kesempatan pada Lalong untuk memilih lokasi
yang diingikan. Sesuai dengan permintaan Lalong sendiri bahwa daerah yang
dipilihnya itu nantinya hanya seluas jarak yang dicapai oleh tembakan
sumpitnya. Kemudian di tempat yang telah dipilih oleh Lalong, Datu Luwu’ mempersilahkannya
menyumpit ke arah Timur, Barat, Utara dan Selatan.
Datu
Luwu’ tak menyangka bahwa Lalong adalah orang yang luar biasa lagi sakti,
setelah mulai menyumpit kali pertama dari daerah tempatnya berdiri di daerah
yang dinamakan Tiroan Rongkong dengan
satu sumpitan yang mengarah sangat jauh ke sebelah Timur sampai Malawe Salu Lemo. Kemudian arah ke Barat
sampai di Beroppa’, dan ke arah
Selatan sampai Salu Banga (Batu
sitanduk), serta di sebelah Utara sampai Patila
di perbatasan Sulawesi Tengah.
Karena
sebelumnya sudah dijanjikan dan disetujui oleh Datu Luwu, maka di seluruh
wilayah itu Lalong bisa leluasa menggembalakan kerbaunya, yakni dari daerah
yang merupakan separuh dari Kerajaan Luwu’.
Persetujuan
ini berlaku pula bagi orang Toraja Rongkong. Mereka dapat bertani dan beternak
di dalam wilayah itu. Seluruh wilayah tersebut termasuk wilayah pemerintahan
atau kekuasaan dari Datu Luwu’ Baebunta.
Dengan
menetapnya keluarga-keluarga dari pasukan Lalong di daerah Rongkong, maka
wilayah Seko-Rongkong menjadi wilayah yang didiami oleh turunan Lalong dan
pengikutnya sebagai Suku Toraja Seko-Rongkong. Mereka dapat menggembalakan ternaknya sejauh sesuai
perjanjian Lalong dengan Datu Baebunta.
Sampai sekarang cerita Lalong
sebagai pahlawan dari Kerajaan Luwu’ dahulu kala masih tetap diwarisi oleh suku Toraja Rongkong dan Seko dengan perjanjian :
“Iko Rongkong na po ulunna Wara’,
napotinti malambe’na Palopo dengan tanda keris.”
Artinya: Rongkong adalah ujung kepala dari Kerajaan Wara’ (Luwu’), dan
pengharapan dari Palopo, maka tiap tahun Rongkong Ma’gawe/ makasiwiang kerbau
dan Seko Besi ke Raja Luwu’ di Palopo.