26.9.20

CERITA LALONG (Riwayat Orang Toraja Seko-Rongkong)








Judul Asli                              : Ceritra Lalong (Ceritra Rakyat dari Daerah Tana Toraja)
by                                            : L.T. Tangdilintin
category                            : Toraja Tales


Cerita Lalong ini menceritakan seorang ksatria dari wilayah Toraja yang berpindah bersama rakyatnya ke wilayah Luwu’ bagian Utara di tempat yang dikenal dengan nama wilayah Seko-Rongkong. Mereka membentuk satu komunitas yang sekarang ini menjadi rumpun suku Toraja Seko-Rongkong.

Lalong menurut sejarahnya adalah seorang perkasa dan pemberani dari Toraja bagian Timur yang diperkirakan berasal dari daerah Rantebua - Ranteballa. Lalong mempunyai kesaktian yang luar biasa. Ia disebutkan dapat menombak batu hingga keluar air menjadi mata air, serta kekuatan dahsyat yang dapat menginjak batu besar dan meninggalkan bekas tapak kakinya. Pekerjaannya sehari-hari adalah beternak kerbau.

Dikisahkan pada waktu itu sekitar abad III M, Kerajaan Luwu’ (Wara’) masih berpusat di daerah Baebunta wilayah Luwu Utara. Suatu ketika Kerajaan Luwu ini diserang oleh suku bangsa yang asalnya dari sebelah Utara (Sulawesi Tengah),  dipimpin oleh seorang penguasa bernama Tariando’.


Pasukan Tariando’ memasuki Kerajaan Luwu dari arah Utara dan Barat dan berhasil menguasai satu kawasan daerah pegunungan di wilayah itu setelah sebelumnya melakukan kekacauan dan merampas harta dari penduduk sekitar. Daerah yang sekarang dikenal sebagai daerah Seko-Rongkong itu kemudian dijadikan sebagai pusat pertahanan dari pasukan Tariando’. Dari tempat itu mereka merencanakan dan mempersiapkan serangan selanjutnya ke daerah Baebunta, yang menjadi pusat pemerintahan Luwu’ di masa itu.

Daerah yang dahulunya masih merupakan bagian dari Kerajaan Baebunta Luwu’, setelah dikuasai Tariando’, kini semua penduduknya mengungsi meninggalkan wilayah itu, tak lama kemudian diganti oleh rakyat Tariando’ yang datang kemudian mengisi wilayah yang sudah kosong tersebut.

Oleh karena upaya yang terus-menerus dilakukan pasukan Tariando’ yang mengancam Kerajaan Baebunta Luwu’, maka Datu Luwu di Baebunta mengeluarkan maklumat kepada seluruh wilayah kekuasaannya serta tetangga kerajaannya bahwa barang siapa yang berhasil menaklukkan Tariando’ maka akan diberi hadiah apa saja dari Datu Luwu’.

Maklumat sang Datu Luwu’ itu didengar pula oleh Lalong di Toraja bahwa Datu Makole’ Baebunta sedang mencari orang kuat dan berani untuk melawan Tariando’, maka Lalong kemudian pergi menghadap Datu di Luwu’ serta menyatakan kesediaannya untuk membantu Datu Luwu’ mengatasi kekacauan yang diakibatkan oleh Tariando’ dan pasukannya tersebut.

Datu Luwu’ pun menjanjikan akan memenuhi apa saja keinginan Lalong jika ia berhasil mengalahkan Tariando’. Segera Lalong kembali ke Toraja untuk mengumpulkan pasukannya. Setelah terkumpul, mereka berangkat ke Luwu’ untuk kemudian menuju ke daerah pendudukan Tariando’. Dalam serangan tersebut mereka didukung pula oleh pasukan-pasukan dari Datu Luwu’. 

Lalong mulai bergerak menyusuri sungai Sa’bang yang merupakan jalan menuju ke daerah pertahanan dari Tariando’. Seperti diketahui bahwa Tariando’ selalu menganggap dirinya berani dan kebal. Dia akan menantang siapa saja orang yang datang dengan maksud merebut kembali daerah yang telah dikuasainya itu.

Selama beberapa waktu berlalu Lalong bersama pasukannya berjalan kaki sampailah mereka di sekitar pertahanan dan persembunyian dari pasukan Tariando’ di Seko-Rongkong. Suatu saat Lalong akhirnya dapat berhadapan langsung dengan Tariando’ sang pemimpin pasukan lawan, di suatu tempat ketinggian bernama Lena’. Perang tanding berlangsung dengan sengit dan tidak berapa lama kemudian Tariando’ kalah dan tewas di tempat itu. 

Setelah menewaskan Tariando’, dengan kesaktian yang dimilikinya Lalong kemudian menghantam batu tempatnya berdiri dengan hentakan kaki sehingga meninggalkan tapak kakinya di atas batu. Kejadian itu sangat mengagetkan dan membuat takjub sisa pasukan Tariando’. Karena ketakutan mereka semua kemudian melarikan diri tercerai berai. Sampai sekarang bekas telapak kaki dari Lalong masih ada dan menjadi cerita besar di kalangan masyarakat Luwu’ dan orang Toraja Rongkong. Situs batu Bekas Telapak Kaki Lalong dapat ditemukan di Batu Api Gunung Tiroan, sedangkan Benteng Lalong yang merupakan susunan batu yang menyerupai benteng berada di Buntu Tiroan.


Situs Batu Tapak Kaki Lalong di Tiroan
(Sumber ilustrasi : Arisandi Har Channel)

Sejak tewasnya Tariando’, semua pengikut dan rakyatnya  lari meninggalkan Rongkong dan Seko kembali ke wilayah asalnya di utara di bagian tengah Sulawesi. Kemudian wilayah yang ditinggalkan tersebut kini ditempati oleh pasukan-pasukan dari Lalong. Dikemudian hari mereka mengajak keluarga-keluarganya masing-masing untuk pindah dan menetap di tempat itu. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai orang Toraja Rongkong dan Seko.

Lalong yang telah berhasil menaklukkan Tariando’, lalu menghadap Datu Luwu’ Baebunta untuk menyampaikan kemenangannya. Datu pun sudah siap akan memberi hadiah kepada Lalong, sesuai yang dijanjikannya. Namun Lalong mengatakan bahwa dia tidak memerlukan harta yang banyak, dia hanya akan meminta wilayah tertentu untuk tempat mengembalakan ternak kerbaunya bersama pengikutnya.

Datu Luwu’ menyetujui dan memberikan kesempatan pada Lalong untuk memilih lokasi yang diingikan. Sesuai dengan permintaan Lalong sendiri bahwa daerah yang dipilihnya itu nantinya hanya seluas jarak yang dicapai oleh tembakan sumpitnya. Kemudian di tempat yang telah dipilih oleh Lalong, Datu Luwu’ mempersilahkannya menyumpit ke arah Timur, Barat, Utara dan Selatan.


Datu Luwu’ tak menyangka bahwa Lalong adalah orang yang luar biasa lagi sakti, setelah mulai menyumpit kali pertama dari daerah tempatnya berdiri di daerah yang dinamakan Tiroan Rongkong dengan satu sumpitan yang mengarah sangat jauh ke sebelah Timur sampai Malawe Salu Lemo. Kemudian arah ke Barat sampai di Beroppa’, dan ke arah Selatan sampai Salu Banga (Batu sitanduk), serta di sebelah Utara sampai Patila di perbatasan Sulawesi Tengah.

Karena sebelumnya sudah dijanjikan dan disetujui oleh Datu Luwu, maka di seluruh wilayah itu Lalong bisa leluasa menggembalakan kerbaunya, yakni dari daerah yang merupakan separuh dari Kerajaan Luwu’.

Persetujuan ini berlaku pula bagi orang Toraja Rongkong. Mereka dapat bertani dan beternak di dalam wilayah itu. Seluruh wilayah tersebut termasuk wilayah pemerintahan atau kekuasaan dari Datu Luwu’ Baebunta.

Dengan menetapnya keluarga-keluarga dari pasukan Lalong di daerah Rongkong, maka wilayah Seko-Rongkong menjadi wilayah yang didiami oleh turunan Lalong dan pengikutnya sebagai Suku Toraja Seko-Rongkong. Mereka dapat menggembalakan ternaknya sejauh sesuai perjanjian Lalong dengan Datu Baebunta.

Sampai sekarang cerita Lalong sebagai pahlawan dari Kerajaan Luwu’ dahulu kala masih tetap diwarisi oleh suku Toraja Rongkong dan Seko dengan perjanjian :

“Iko Rongkong na po ulunna Wara’, napotinti malambe’na Palopo dengan tanda keris.” Artinya: Rongkong adalah ujung kepala dari Kerajaan Wara’ (Luwu’), dan pengharapan dari Palopo, maka tiap tahun Rongkong Ma’gawe/ makasiwiang kerbau dan Seko Besi ke Raja Luwu’ di Palopo.

Demikianlah cerita legenda Lalong dari daerah Toraja yang diceritakan kembali oleh admin ACTblog dengan beberapa revisi kalimat namun tidak mengubah jalannya cerita utuh seperti yang dibuat oleh L.T. Tangdilintin dalam buku I Ceritra Rakyat dengan judul yang sama.

Sumber: (Cerita Rakyat Bagian I - diterbitkan oleh Balai Penelitian Sejarah Dan Budaya – Ujung Pandang Thn. 1980)

Share :

Art-Culture-Tourism.blogspot.com

Copyright © 2008-2023



Feature :
Ticket search
Hotel search

Follow ACT
Follow ACTblog on Twitter Instagram